Re: dan peRempuan

 

Beberapa waktu lalu, novel karya kang Maman ini seliweran di TL Twitter. Dan pas jalan-jalan ke Gramedia Semarang pun novel ini mejeng di rak New Arrival. Awalnya belum tertarik buat hanya sekedar melihat novel ini, namun kok banyak orang yang bilang kalo ini novel bagus ditambah ditulis dari kisah nyata. Berhubung aku merupakan manusia yang suka baca buku yang diangkat dari kisah nyata, maka tanpa pikir panjang aku nyari diskon buat beli. Dan ketemulah diskon Gramdedia 30%. Apakah tidak beruntung? HIHIHIHI

Setelah bukunya dateng aku baca blurbnya dan booommmm ini adalah novel yang aku cari selama ini. Mungkin bagi sebagian orang tema yang diangkat cukup tabu, namun bagiku ini adalah kisah yang seharusnya dibaca oleh banyak orang. Bagaimana tidak, novel 330 halaman ini sarat akan makna kehidupan yang luar biasa. Novel karya Kang Maman ini menjadi novel ketiga yang kubaca bertema perpleacuran. Entah kenapa aku begitu tertarik dengan novel bertema serupa sejak membaca Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur.


Re: dan peRempuan mengisahkan tentang kehidupan Re:, seorang pelacur lesbian. Sebuah ironi kehidupan yang amat sangat menggetirkan. Re: dengan tidak sengaja harus terjun ke dunia hitam. Terjebak dalam pusaran malapetaka dan dosa. Lantas siapa yang salah?

Apakah seorang pelacur merugikan negara? Apakah ia mengambil hak rakyat miskin yang dititipkan kepda anggotan dewan, yang sering disebut putra terbaik bangsa?

Apakah doa seorang pelacur diterima? Akankah surga mau menerimanya?

“Tuhan tak ada di dekat kursi tempat orang pamer kepandaian, kealiman dan kekuasaan. Tuhan tak terjangkau dengan nalar laba-rugi. Tuhan berada di jalan orang-orang yang tak berhenti mencintai”

Kalimat indah tersebut keluar dari mulut seorang pelacur.

Rahimnya melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama melati putih, Melur. Gadis muda berprestasi dengan rentetan gelar yang tersemat di belakang namanya. Bukankakah nasib tidak bergantung pada nasab?

Sayatan luka yang menganga, menyingkap rahasia, membalaskan dendam yang membara.

Membaca novel ini dipenuhi emosi, mengurasi kepala pun isi hati. Disesaki pertanyaan yang tak ada jawabnya. Rasa penyesalan yang teramat sangat. Tentu karena ini merupakan kisah nyata. Negara gagal. Gagal untuk memberi perlindungan kepada rakyatnya. Gagal membuat ruang yang aman, nyaman dan tentram bagi siapapun yang bernaung di sana.

Kang Maman, terima kasih sudah menulis kisah hidup Re:. Tanpa novel ini aku tidak pernah tau bagaimana kejamnya kehidupan yang Re: alami.

 

Komentar