Membuka Pandangan Tentang Dunia Perpelacuran

 Setelah aku membaca karya Gus Muh yang berjudul "Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur", aku menjadi tertarik untuk membaca karya yang sejenis. Aku memang gemar membaca novel yang diangkat dari kisah nyata, dengan begitu aku menjadi tahu bagaimana kisah yang luar biasa di luar sana yang sarat akan makna. Di novel karya Gus Muh yang sangat fenomenal ini aku mendapat banyak insight, membuka mataku lebar-lebar tentang dunia perpelacuran. Kalo boleh menyimpulkan, novel yang akan segera jadi film ini sungguh radikal. 

Imanku yang begitu tipis dibuat terombang-ambing. Hatiku dibuat hampa dengan kisah Nidah Kirani. Bagaimana perjuangan ia untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Pemilik Cinta, namun yang ia dapat adalah hati, nalar dan pikirannya terluka. Pernah denger kalimat "Orang jahat lahir dari orang baik yang salah ikut pengajian" dan sepertinya kalimat itu pas untuk menggambarkan kehidupan Kiran. 

Hanya butuh kurang dari 10 hari aku menyelesaikan novel yang sangat menguras emosi ini. Dan setelah itu aku mencari banyak referensi lain novel dengan genre yang serupa. Akhirnya nemu rekomendasi di Twitter judulnya Anak Gembala yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman". Novel ini mengisahkan tentang Rara Willis atau Suko Djatmoko yang merupakan ratu waria di Semarang. 

Novel ini juga merupakan kisah nyata dengan latar tahun 80-an. Selain bercerita tentang pelacur waria, novel ini cukup berani karena menyenggol aliran Ahmadiyah juga bagaimana peristiwa saat pembakaran toko Thionghoa di Semarang. Sungguh-sungguh berani bukan? 

Dua novel yang tentunya membuka pandanganku tentang dunia perpelacuran. Bagaimana perjuangan mereka mencari makna kehidupan dengan banyaknya caci makian. Sungguh menggetrikan. Bukankan mereka juga makhluk Tuhan yang seharusnya hidup dengan layak? 

Aku menjadi tidak mudah menjugde mereka yang "terpaksa" masuk ke dalam dunia hitam. Pandanganku begitu terbuka ketika aku mengetahui bahwa mereka sebenarnya juga ingin hidup "normal" seperti yang lain. 

Kemudian aku teringat dengan salah satu dosenku. istri beliau pernah melakukan penelitian untuk disertasi atau thesis di salah satu tempat prostitusi di Semarang. Mencengangkan, data yang diperoleh menunjukkan bahwa pekerja di sana ada yang mahasiswa. Lagi-lagi keadaan yang memaksa mereka menjual kehormatan demi kelangsungan hidupnya. 

Petualanganku membaca buku sejenis terus berlanjut. Kali ini aku membaca Re: dan Perempuan karya kang Maman. Lagi-lagi yang mencengangkan ini merupakan kisah nyata. begitu banyaknya cerita kehidupan yang amat sangat sarat makna yang memang seharusnya kita ambil hikmahnya. 

Bagi sebagian orang, dunia pelacuran merupakan sesuatu yang tabu untuk dibicarakan. Padahal dibalik itu semua, seharusnya kita bisa memahami bagaimana keadaan mereka sehingga masuk dalam pusaran dosa.  

Aku berharap kepada pembaca semua, jangan mudah menghakimi hidup orang lain, terlebih mereka yang bekerja sebagai pelacur. mari sama-sama saling menghargai hak hidup antar manusia. Biarlah dosa menjadi urusan dia dengan Tuhan-Nya. Tidak sepantasnya kita ikut campur dalam urusan yang bukan kapasitas kita. 

Komentar