Bincang Buku

 

Semalam suntuk aku membaca buku demi menamatkan novel karya Kang Maman yang berjudul Re; dan peRempuan. Bukan tanpa alasan, novel tersebut amat sangat membuatku penasaran tentang apa yang terjadi di lembar berikutnya. Tak heran jika aku hanya membutuhkan waktu 6 hari saja untuk memababat habis novel tersebut.

Novel ini ditulis berdasarkan kisah nyata yang didapat Kang Maman sewaktu mengerjakan skripsi guna mendapatkan gelar sarjana. Setting latar di Jakarta tahun 80-an, Re: dan peRempuan mengisahkan tentang dunia hitam, pelacur lesbian. Cukup berani dan berbeda bukan?

Sebelumnya, aku sudah membaca karya dengan kisah serupa, yaitu Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur dan Anak Gembala Yang Tertidur Panjang di Akhir Zaman. Keduanya pun sama-sama diangkat dari kisah nyata. Jadi responku saat membaca Re: dan peRempuan pun tidak begitu kaget. Hanya saja, novel ini dapat dikatakan lebih sadis dibandingkan dengan dua novel sebelumnya.


Re: dan peRempuan dibagi menjadi dua bab. Yaitu Re: dan peRempuan

Re:

Re: yang bercerita tentang kehidupan Re:, seorang pelacur lesbian yang menjadi objek penelitian skripsi Kang Maman. Dari penelitian itu, ia justru mendapat banyak pelajaran hidup dari seorang pelacur yang sering dipandang hina.

Re: secara terpaksa hidup di dunia hitam, di pusaran dosa yang ia sendiri pun tak pernah menginginkannya. Dijebal oleh perempuan yang terlihat berhati mulia bak malaikat, namun ternyata justru sebaliknya. Perempuan itu begitu kejam, bisa dikatakan lebih kejam dari iblis.

Bagaimana tidak, perempuan bernama Mami Lani tersebut ternyata adalah seorang Mami (Mucikari) kelas atas. Pelanggan yang datang kepadanya untuk mencari darah muda tak hanya dari orang biasa, bahlan sekelas pejabat , artis ibukota pun datang kepadanya demi menyalurkan hawa nafsunya.

Mami Lani perempuan yang amat sangat kejam. Ia tak segan membunuh anak-anaknya jika tidak menuruti kemamuannya. Ia merupakan manusia yang selalu curiga kepada siapa saja, mungkin juga pada dirinya sendiri.

 

peRempuan

Di bagian ini mengisahkan tentang kehidupan setelah Re: meninggal secara tragis. Banyak teman-teman Re: yang beranggapan bahwa Re: dibunuh. Re: ditemukan tewas dengan disalib di sebuah tiang. Jasanya ditemukan sekitar jam 2 pagi. Ketika Herman mengetahui kabar kematian Re:, ia langsung bergegas pergi menuju kos Re:. Setelah sampai di sana, ia hanya mendapati teman-teman Re: memangis sesenggukan, Mami Lani dan tukang pukulnya yang dengan ekspresi biasa saja tanpa sedikitpun merasa kehilangan.

Melur yang berarti melati putih, anak sematang wayang Re:. Tumbuh menjadi gadis cantik yang amat cerdas dan selalu haus akan ilmu. Rentetan gelar tersemat di belakang namanya. Melur sekuat tenaga mencari kebenaran, apakah benar Re: seorang pelacur adalah ibu kandungnya? Iya mencoba mencari jawaban dengan caranya sendiri. Ia membalaskan dendam yang menyala dengan cara yang begitu elegan. Siapa yang jadi sasaran Melur menjadi korban kisah kelam ibunya di masa lalu?

Dalam bagian Re: dan peRempuan juga diceritakan Kang Maman bahwa ternyata banyak anak di bawah umur, baru lulus SMA bahkan masih lulus SMA yang memilih terjun ke dunia prostitusi. Alasannya pun beragam. Bahkan ada orang tua mereka yang sengaja “menjual” atau pura-pura tidak tahu jika anaknya sedang berada di jalan yang salah. Fakta yang cukup mengejutkan bukan?

Dalam novel ini banyak sekali nasihat kehidupan. Rahim seorang pelacur melharikan anak perempuan cerdas bergelar PhD. Anak pejabat justru menjadi gigolo. Sungguh dunia yang jungkir balik.

Setelah menamatkan novel ini, aku pun menjadi thu, menjadi membuka mata tentang dunia perpelacuran. Mereka yang sering dipandang sebelah mata, dianggap hina dina terkadang justru memberi banyak pelajaran hidup ketimbang mereka yang sering disebut sebagai putra terbaik bangsa.

Nyatanya, seorang pelacur tidak pernah mengutil uang negara yang menyebabkan rugi triliunan rupiah. Namun, ia seakan tak berhak hidup layak. Berbeda dengan “oknum” pejabat yang merampas hak rakyat kecil tapi masih bisa tersenyum lebar di layar kaca meski sudah berompi orens. Manusia memang tidak ada malunya.

Semoga kita semua selalu berada di jalan yang diridhoi-Nya.

 

Komentar