Orang-Orang Biasa



Pak Cik. 
Orang-Orang Biasa memang selalu kalah dalam banyak hal ya. Pendidikan, strata sosial dan apapun.Selalu diremehkan, terasingkan, dimarjinalkan, bahkan sering dianggap gak penting dan tidak ada. 
Seperti novel karya Pak Cik yang aku baca kali ini, Orang-Orang Biasa. mengangkat tema tentang isu pendidikan seperti karya Pak Cik yang lain. Betapa menyedihkannya Dinah dan Aini ketika harus berjuang keras demi mendapatkan pendidikan yang layak. 
Aini dengan tekadnya yang begitu kuat belajar matematika kepada bu Desi hingga bisa masuk ke Fakultas Kedokteran. Sayangnya cita-citanya harus terpending karena biaya. Ya, lagi-lagi karena uang. 
Di mana sebenarnya letak uang? 
Dikorupsi orang-orang yang katanya wakil rakyat, bukan begitu? 

Bu Atikah, seorang perempuan sekaligus ibu yang mencoba selalu kuat dan tentunya hebat sekali. Yang tidak punya siapa-siapa untuk berkeluh kesah. Memendam semuanya sendirian. keputus-asaan datang ketika kesedihan selalu berlarut-larut. 
Debut Awaludin, yang tetap nekat berjualan buku di wilayah yang masyarakatnya tidak suka membaca dan ia tetap bertekad mencerdaskan rakyat dengan aksi heroiknya. 
Debut dengan jiwa idealismenya mendukung perjuangan Dinah dan Aini melawan ketidakadilan dalam dunia pendidikan. 
Pemerintah tidak pernah mendengarkan dan memperdulikan anak orang pintar dari keluarga miskin.
"Ilmu hendaklah hanya tunduk pada kecerdasan" Itulah kata-lata debut yang membuatku tersentak. 
Setelah aku menangis tersedu-sedu membaca kisah Ikal dan 9 temannya di novel Laskar Pelangi, kini aku tertawa terbahak-bahak mengikuti kisah rencana perampokan Sobirin dan kawan-kawannya. 
Sebuah rencana dari Orang-orang Biasa tapi di luar nalar. Dan hasilkan mengejutkan. 
Terima kasih Pak Cik atas karya yang luar biasa ini. 

Komentar