Beruntungnya, Aku



Bingung mau cerita dari mana. Yang pasti kalo diingat-ingat seperti kehabisan alasan untuk mengeluh. Tak pernah aku sadari ternyata satu per satu apa yang aku doain setiap malam dikabulkan oleh Allah Swt. Mulai dari dapat kerja yang oke, meski harus jauh dari keluarga, gajinya yang lumayan cukup (yang penting berkah) kan ya. Alhamdulillah banget deh pokoknya. Dapet tempat kos yang ibu kosnya super baik banget.

Tapi ternyata aku lupa menyelipkan doa agar mendapat teman yang baik. Ya benar. Kata mamasku,

di mana pun kamu berada, akan selalu ada orang yang toxic, bermuka dua, menyebalkan dan yang lainnya.

Sialnya, aku sedang mendapat cobaan seperti itu.


Satu rekan kerjaku di kantor ada yang seperti itu. Awalnya dia emang baik banget. Tapi seiring berjalannya waktu, kelihatan tuh gimana sifat aslinya. Bahkan aku pernah nangis sendiri di kos an dan berencana pindah kos.

Dan lagi-lagi mamas selalu meyakinkan bahwa aku adalah orang kuat sekaligus beruntung. Aku adalah orang beruntung karena selalu dipertemukan dengan persoalan-persoalan yang nantinya akan membuatku bertumbuh.

Dan katanya lagi, aku harus belajar menjadi orang yang lebih legowonan, rapoponan.

Tidak merugikan orang lain itu sudah sangat baik, katanya. 

Hal itulah merupakan salah satu dari sekian alasan kenapa aku masih bertahan hingga hari ini. Aku adalah orang beruntung. Allah menitipkan orang-orang baik seperti mamas2 yang selalu ada, gak pernah bilang “gak” kalo aku mau cerita.

Aku punya beberapa teman yang sangat-sangat mau menerima segala kekuranganku, bahkan keluargaku. 

Terima kasih ya semua. 

Oiya, banyak sekali nasehat mams2 yang akan selalu aku ingat ketika aku merasa down banget. Seperti Tuhan akan selalu menolongmu. Sholawatnya jangan prei, ikhtiar selamet.

Mungkin usaha kita tidak menghasilkan banyak orang, tapi secara tidak langsung akan membentuk mental yang kuat, skill yang semakin mumpuni. Dan kalo usaha kita belum membuahkan hasil, maka kita harus berusaha lebih keras lagi. 

Kehidupanku di sini memang serba sendirian. Berbeda dengan semasa aku kuliah. Yang mana selalu memiliki bekingan. Pengen apa, mau ke mana pasti ada temannya. Dan kini semua harus aku lewati sendiri. 

Mau martabak, ya jalan sendiri. Pengen es apa ya beli sendiri. Tapi justru malah seneng. Dengan ke mana-mana dan pengen apapun harus beli sendiri, jadi mematahkan omongan orang2 yang bilang aku hanya bisa berlindung di balik ketek mamas. 

Oiya, aku ingat banget. Ada yang pernah bilang kalo beraninya cuma karena ada mamas tok. Dan waktu itu bener2 sakit hati. Tapi mamas bilang kali gausah dimasukin hati. Lah, gimana ya. Dia yang bilang gitu temennya mamas, mana ngomongnya di depan orang banyak lagi. 

Nah, sekarang aku sudah membuktikan kan, kalo aku ga selalu berlindung sama mamas. Aku bisa sendiri. Perjalanan ratusan kilometer sendiri, malam2 harus berkelana sendiri. Apa kabar ya orang yang dulu pernah ngremehin aku? 

Beruntung, Aku.. 

Seperti yang sudah aku katakan di atas, selain dititipi mamas2 yang super duper baik, aku juga dititipi teman yang gabisa dijabarkan dengan kata-kata. Orang yang separuh hidupnya sudah berteman denganku. Yang sudah sudi menungguku di Sukun berjam-jam. Yang sudah hujan-hujanan. Terimakasih. 

Beruntungnya, Aku

Memiliki sobat-sobat yang mau menjaga dongeng Dirhsyam ku agar terus berlanjut. Yang mau mendengar setiap keluh kesahku. Yang membuatku percaya bahwa sahabat itu benar-benar ada. yang membuatku percaya bahwa pertolongan Allah Swt akan selalu ada. 

Dengan begitu banyak cerita tentang keberuntungan yang ada dalam kehidupanku, lantas untuk apa aku bersih karena satu kesialan? 

Bersyukur terus ya! Kamu beruntung. 

Semangat

Komentar