Kok Beda Ya?

 

(Foto hanya pemanias)

Kok sekarang aku merasa beda? Banyak yang berubah dariku. Aku tidak tahu apakah menjadi lebih baik, atau justru sebaliknya. Karena yang menilai pasti orang lain.

Dulu aku merasa orang yang mudah bergaul, selalu ceria. Tapi sekarang sebaliknya. Aku jadi orang yang sulit kenalan sama orang baru, sudah beradaptasi, jadi lebih pendiem dari biasanya.

Aku justru lebih sering menikmati duniaku sendiri, mendengarkan musik, menonton Youtube, dan membaca buku. Semua itu aku lakukan di kamar tidurku. Meski begitu aku sangat menyukainya.

Sesekali aku pergi ke Cofeshop untuk menyelesaikan tugas menulisku. Ya, sekarang aku menadi content writer di Kompas.com. Meski masih intership, aku sangat bangga atas pencapaianku sendiri.


Mungkin aku sebagain orang ini hal yang biasa, tapi luar biasa bagi diriku yang sangat-sangat biasa ini.

Aku lebih sering pergi sendiri, kemanapun. Naik bis muer-muter kota Semarang dengan mengandalkan kartu mahasiwa.

Kadang mampir di tempat teman, tapi lebih sering singggah ke tempat yang justru bukan tujuan utama.

Aku menikmati hidupku yang seperti ini, entah sampai kapan.

Aku sangat tidak nyaman berada di lingkunganku sekarang. Penuh dengan gosip dan tentu minim apresiasi terhadap kerja keras orang lain.

Di sini masih banyak yang beranggapan bahwa kerja itu harus di kantor, dengan gaji yang lebih tinggi dari UMP dan UMR.

Padahal kerja bisa dari mana saja bukan? Apalagi penulis (amatir) seperti ku. Semua yang kulihat dan rasakan bahkan bisa jadi bahan tulisan.

Mengubah masyarakat harus dimulai dengan mengubah pola pikirnya, dan itu seribu kali lebih susah. Kenapa? Karena masyarakat tidak mau berkembang.

Mereka cenderung tidak percaya pada potensi orang-orang sekitar. Yang dipercaya justru media sosial sumber hoax.

Masyarakat kita tak jauh dari gosip, dan gosip.

Ada yang di rumah terus, dikira hamil di luar nikah. Keluar terus malah dituduh kerja gak bener.

Punya banyak temen dikira gatel, ga punya temen disalahin karena gak mau bergaul. Hadeuh gak selesa-selesai kalo gitu mah.

Oh ada lagi yang lagi rame, gak dapet bantuan marah-marah. Giliran udah dapet, ee lupa bilang terima kasih. Sering terjadi bukan?

Kalau gak dapat nyalahin yang data, nyindir-nyindir yang dapat bantuan. Halah halah.

Mungkin itu sih salah satu alesan kenapa aku tidak suka berada di lingkungan ini. Semua-muanya tak jauh dari ngomongin tetangga, nyalahin orang lain tapi lupa intropesksi diri senditi.

Tapi ya mau gimana lagi ya, kita makhluk sosial yang pastinya akan butuh orang lain juga.

Aku kalo lagi kumpul terutama ibu-ibu pasti lebih banyak diem. Selain bukan sefrekuensi dan segenerasi, alasan lain tentu menghindari gosip.

Gak mau dengerin tapi kok kedengeran, jadi serba salah. Ini jangan-jangan kalau aku gak ada di situ, pasti aku yang digosipin hehehe.

Semakin ke sini lebih menikmati hidup yang serba sendiri. Sebisa mungkin tidak merepotkan orang lain, soalnya aku juga kurang suka kalo hidupku yang indah ini harus direpotkan sama orang-orang yang tidak tahu diri.

Hidup yang indah ini harus terus menerus dinikmati bersama orang yang mengapresiasi kerja keras kita, menyanyangi kita, menghargai keberaaan kita dan selalu mendukung usaha kita.

Kalau sekarang kamu juga males bertemu dengan orang-orang suka bergosip, gak papa. Justru kamu sudah berada di atas level mereka.

Jika orang-orang sekitarmu suka bergosip, maka isilah kepalamu dengan wawasan dan pengetahun yang luas.

Pergilah ke tempat kamu mendapat ilmu baru, bukan gosip baru tentang anak tetangga.

Ketika Kamu terus menerus di lingkungan yang suka bergosip, perlahan kamu juga akan seperti mereka yang suka mengurusi kehidupan orang lain.

Jadilah berbeda, dan berkelas! Perubahan harus dimulai dari dirimu sendiri!

 

 

Komentar