Aku, punya banyak teman, tapi sedikit yang ku percaya untuk mengetahui sebagian masalah hidupku. Beberapa waktu terakhir aku lebih sering bercerita kepada dinding kamar setiap malam, atau bercuit di sosial media. Tidak ada solusi, karena aku bercerita kepada benda mati, aku juga tidak perlu dikasihi, yang pasti aku hanya ingin melegakan hati.
Kadang aku iri kepada mereka yang selalu membagi cerita dan pengalamannya kepada orangtua, atau sahabat mereka. Orangtua ku sibuk dengan dunianya, bahkan ku merasa tak pernah ada diantara mereka. Sahabatku, punya ceritanya sendiri, dan mungkin ceritaku tak penting bagi mereka. Bahkan bisa jadi keluh kesahku hanya jadi beban mereka, maka kupilih memendam semua sendiri.
Ada banyak alasan orang lebih suka bercerita di sosial media, atau dengan kucing kesayangannya. Karena kita tidak pernah tahu tentang kehidupannya maka lebih baik diam dan tetap menghargai privasinya. Kalau kita tidak suka dengan curhatannya, yaudah tidak perlu dibaca.
Dunia itu luas, dan manusia bisa berubah kapan saja, hari ini mungkin A yang meluapkan emosi di twitter, lusa mungkin kamu juga begitu karena kamu sudah muak mendengarkan jawaban orang-orang saat kamu bercerita. Jadi tidak perlu jumawa dalam hidup. Kepada semua orang baik yang sudah membaca, aku hanya berpesan jika suatu saat ada teman,sahabat, atau siapapun yang ingin membagi kisahnya denganmu cobalah untuk mendengarkan dengan seksama. Tak perlu kau jawab semua keluh kesahnya. Cukup dengarkan! Ia hanya butuh teman untuk berbagi, tanpa dihakimi. Jawaban “Semangat ya, Sabar” kurasa itu juga tidak perlu. Setiap manusia punya semangatnya sendiri.
10 menit kau mendengarkan ceritanya, mungkin akan merubah pandangannya terhadap dunia, bahwa di belahan semesta yang ia tinggali masih ada orang baik. Dan mungkin ia memilih bertahan karena sesuatu yang kau anggap kecil itu. Semakin kesini yang dibutuhkan adalah waktu dan saling. Waktu untuk saling berbicara, waktu untuk saling menghargai, dan waktu untuk saling mencintai.
Komentar
Posting Komentar