Hidup Kadang Begitu~


Puncak Lereng Kelir


     Sering banget gak denger orang bilang “Hidup itu sawang sinawang” atau dalam artian yang lebih luas itu orang lain hanya sekedar melihat, tanpa pernah mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Cak Nun pernah ngendikan gini “Menebak isi hati manusia belakangan ini begitu sulit. Padahal, orang-orang dengan gegap gempita membagikan cerita kesehariannya pada ruang-ruang publik”

Orang-orang membagikan kebahagiaan,prestasi,kekayaan dan liburan dibanyak platform media sosial dengan berbagai tujuan tentunya dan yang tau juga mereka sendiri, sedangkan kita yang melihat selalu punya asumsi sendiri. Nitijen sering kali memiliki pandangan negatif terhadap apa-apa yang diposting orang lain. Contoh saja, ada orang yang memposting kebersamaannya dengan pacarnya, tentu ada saja nitijen yang model begini “halah pamer, paling bentar lagi juga putus” atau malah begini “ih kapan ya aku bisa punya pacar biar bisa kayak si Mawar (samaran) yang selalu posting sama pacarnya”. Begitulah potret manusia di alam semesta. Lah, kok tau? Tentu, wong aku saja juga pernah begitu tapi dulu. Sekarang ya ngapain mikirin hidup orang lain,sudah sibuk dengan urusan dam permasalahan hidup yang seakan tidak ada habisnya.

Sejak adanya media sosial banyak orang yang selalu membandingkan kehidupannya dengan orang lain, bahkan dengan orang yang tidak dikenal. Zaman dulu, orang hanya membandingkan dirinya dengan artis yang ada di televisi. Ya begitulah perkembangan teknologi, selalu ada dampak negatif dan positinya. Sekarang bisa dikatakan bahwa media sosial menjadi salah satu fakto yang menyebabkanr banyak orang insecure dan mengurass rasa syukur.

Media sosial memang isinya hanya pamer kebahagiaan. Ya memang begitu. Orang mana mungkin membagikan kegagalannya kepada banyak orang. Jadi, sudah tidak perlu insecure lagi saat bermedia sosial. Kita tidak pernah tau seberapa berat beban hidup yang sudah ia lewati, kita juga tidak tahu seberapa putus asa dia saat badai masalah datang silih berganti yang kita tahu hanya ia bertahan sampai hari ini dan berhasil.

Jangan menyempitkan pikiran kita dengan selalu negatif thinking terhadap postingan orang lain. Kita punya pilihan untuk berpikir postif dan ikut berbahagia atas pencapaian dan kebahagiaan orang di media sosial. Hidup itu sawang sinawang. Mungkin saja saat kita selalu mengeluh dengan hidup yang begini-begini saja, ada orang yang ingin hidup seperti kita, pun sebaliknya.

Saat kita merasa tergannggu dengan banyak konten pamer, kita punya pilihan untuk unfollow atau hide akun tersebut. itu bukan hal yang kekanak-kanakan tapi itu adalah satu satu cara agar kita tidak melulu membandingkan hidup dengan orang lain. 

Semua orang punya porsinya masing-masing. Semua ada waktunya. Manusia itu tidak mungkin bahagia terus. Kalau ada orang yang selalu bahagia di media sosial, percayalah dia adalah manusia yang pandai menyembunyikan setiap kesedihannya. Ia tidak mau semua orang tahu tentang bagaimana jungkir balik perjuangannya.

Terkahir,sudahi insecuremu sama orang lain yang tidak kamu kenal. Sudah cukup! Kau kurang bersykur atas nikmat Allah yang telah Ia berikan kepadamu. Jangan jadi manusia yang kufur nikmat. Sudahi scroll media sosial terlalu lama. Perbaiki hidupmu, perbaiki hubunganmu dengan Tuhanmu. 

Sekian, semoga bermanfaat.


Salam, Wahyu Lelyana

Komentar