Tradisi “ Nyadran” Menyambut 1 Muharram
Masyarakat Jawa masih memegang teguh budaya dan adat istiadat warisan nenek moyang. Salah satu tradisi yang masih dilaksanakan sampai saat ini adalah perayaan “Nyadran” untuk menyambut tahun baru Islam yang dianggap sakral bagi masyarakat.
“Nyadran” atau lebih dikenal dengan sedekah bumi adalah perayaan 1 Muharram di Desa Mijen, Kebonagung, Demak. Kegiatan ini dilaksanakan di makam Mbah Longgopati yang merupakan leluhur desa setempat. Rangkaian kegiatan Nyadran diawali dengan penyembelihan dua ekor kambing jantan yang kemudian dimasak lalu dibagikan kepada warga setempat. Selain itu ada khataman Al-Qur’an dan pembacaan Maulid Simtudurror. Acara ini dihadiri oleh perangkat desa, tokoh masyarakat dan warga setempat.
“Nyadran dilakukan di makam Mbah Longgopati karena jasanya yang luar biasa dalam membangun Desa Mijen, selain itu juga ingin menumbuhkan rasa gotong royong dan kebersamaan antar warga” ujar Kusnadi.
Warga desa melakukan iuran suka rela untuk membeli kambing, kemudian dimasak bareng-bareng lalu dibagikan saat selesai “bancaan”. Semua warga boleh ikut, anak kecil, laki-laki maupun perempuan tidak masalah. Ini adalah tradisi yang wajib kita lestarikan agar anak cucu tahu siapa leluhur desa Mijen, pungkas Kusnadi yang merupakan salah satu tokoh masyarakat setempat. (25/8)
Jika daerah lain identik dengan kemistisan malam satu Suro, desa Mijen memang sedikit berbeda. Masyarakat hanya melakukan bancaan di Mushala pada malam satu Suro dan membaca doa awal tahun selepas salat Maghrib. Setelah itu tidak ada kegiatan lain selain melakukan persiapan sedekah bumi pada esok harinya.
Paginya, warga berbondong-bondong menuju makam untuk kegiatan Nyadran. Bapak-bapak sibuk menyembelih kambing, sedangkan para ibu sibuk mempersiapkan menu banca’an dan anak-anak sibuk bermain alat rebana yang akan digunakan untuk mengiringi bacaaan maulid. Warga sangat antusias mengikuti seluruh rangkaian Nyadran. (Wahyu Lelyana)
Komentar
Posting Komentar