Fenomena Ukhti Syariah

Panitia Neraka : Kamu Masuk Neraka Karena Tidak Berjilbab!!

Ilustrasi Gambar (Doc.Twitter@abuljauzaa)

Jilbab tidak serta merta menjadi penilaian tentang kualitas perilaku keagamaan seseorang. Berjilbab memang wajib bagi setiap perempuan muslim yang telah baligh, tapi tentang keputusan ia akan memakai jilbab atau tidak itu bukan wewenang kita untuk menghakimi. 
Salah kaprah jika banyak yang menilai bahwa ukhtea yang berjilbab syar’i adalah yang paling taat beragama. Sedangkan mereka yang hatinya belum terketuk untuk mengenakan hijab lantas dicap sebagai orang yang paling tidak taat Islam. Bukan begitu cara mainnya ukhtea syariah..
Jilbab bukan tanda kesalihan seseorang sebagai hamba. Ia hanya suatu perintah yang kiranya wajib ditaati. Untuk macam jilbab yang akan dipakai ukhtea juga tidak perlu dipermasalahkan juga kiranya.
Begini, dikampus saya memang ada peratutan pelarangan penggunaan cadar. Kenapa ? tentu hal itu dengan berbagai alasan yang sudah dipertimbangkan secara matang oleh pembuat kebijakan. Salah satu dosen saya juga pernah ngendikan bahwa cadar itu bukan budaya Islam, tapi budaya Arab. Kemudian beliau juga menjelaskan tentang cadar yang ada buku beliau yang berjudul “Jilbab Yes, Niqab No”. Kalau kalian berpikir judul ini plagiat buku dari Gus Nadir, asal kalian tahu saja, dosen saya adalah salah satu sahabat dekat Gus Nadir. Ya, beliau adalah KH Fadlolan Musyafa’ Lc.Ma. salah satu dosen favorit dan yang paling saya tunggu wejangannya.
Dikhawatirkan jika kampus Islam melegalkan akan banyak sekali komunitas ukhtea-ukhtea yang berjilbab lebar. Atau bahkan bahkan bisa saja masyarakt sekitar kampus akan mencap kampus saya sebagai kampus penghasil teroris. Karena memang doktrin masyarakat yang begitu kuat antara teroris dan ukhtea berjilbab panjang. Tapi bukan poin ini yang akan saya bahas. Lain kali mungkin hehe.
Fenomena artis yang berbondong-bondong mengenakan hijab, dan dengan lantang menyuarakan ke-hijrahannya membuat saya sedikit berpikir. Berarti saya sudah berhijrah sejak kecil, karena saya telah memakai jilbab sejak duduk dibangku TPQ. Ya meskipun saya belum tahu betul apa makna jilbab itu sendiri. 
Yang saya kurang suka dari fenomena hijrahnya artis adalah mereka secara tidak langsung menghakimi perempuan Muslim yang belum mengenakan hijab dengan menakut-nakuti bahwa penghuuni neraka adalah kamu perempuan, dan salah satu alesanny adalah mereka tidak mengenakan hijab syariah seperti apa yang mereka baru saja kenakan. 
Yang saya ketahui dan saya pelajari, dakwah adalah mengajak orang untuk melakukan kebaikan  dengan cara-cara yang baik. Dalilnya ada dalam Q.S An-Nahl:125. Jika para artis mengajak berbuat baik dengan cara yang meakutkan lantas itu bukan berdakwah? Hmm, kalian bisa menilai sendiri kukira.
Ulama’ sekelas Habib Luthfi bin Yahya, Gus Mus dan saja tidak berani berbicara tentang neraka, tapi artis yang baru belajar Islam sama ustaz Youtube malah menakuti ummat dengan siksa neraka. Sepertinya mereka tidak pernah mendengar kutipan kalimat dari KH Quraish Shibab “Surga itu luas, tidak perlu kamu memonopoli untuk dirimu snediri. Ajak keluarga, sahabat dan temanmu untuk masuk kesana juga”
Tidak sampai situ saja, mereka yang mengklaim diri sebagai ukhtea hijrah lantas memiliki pandangan ekstrem terhadap perempuan yang jilbabnya masih suka buka tutup, atau yang jilbabnya tidak menutupi dada yang tentu berbeda dengan mereka yang jilbabnya panjang sampai mata kaki.
“Heey, sudah berjilbab kok masih ketawa dan bicara keras, masih suka bergaul sama laki-laki” komentar itu akan terdengar ketika kalian dalam satu sirkel petemanan dengan ukhtea syariah. Wahai ukhtea syarariah yang mendapuk dirinya menjadi bagian dari panitia neraka, jilbab tidak ada hubungannya dengan suara dan pergaulan. Bukankan Allah menciptakan perempuan dan laki-laki untuk saling mengenal dan tolong menolong?. Dan di dunia ini bukankan hanya ada laki-laki dan perempuan secara fitrah? 
Jangan memnadang hijab sebagai nilai kesalehan, ketaatan seseorang. jilbab adalah perintah. Jangan hubungkan dengan akhlak perilakunya. Tidak ada hubungannya sama sekali. Pernah ada berita salah satu santri pondok pesantren yang hamil di luar nikah, lantas kalian akan menghakimi jilbabnya, atau kualitas kesantriannya, atau malah justru menghakimi kyai yang tidak bisa membimbingnya?. Ukheta, sekali lagi itu tidak ada hubungannya dengan jilbab, itu salah orangnya, bukan jilabnya.
Untuk kalian para perempuan yang belum berjilbab, tidak apa. Jangan merasa diri kalian rendah. Kita punya proses masing-masing menjadi orang baik. untuk yang masih buka tutup, atau jilbabnya masih suka disilangkan ke pundak alias tidak menutup bagian dada, tidak perlu mendengarkan opini buruk tentang apa yang kalian pakai. Kita punya kebebasan atas apa yang ada dalam diri kita. Dan untuk ukhtea hijrah, apakah kalian sudah merasa paling salihah sehingga menghakimi sesama perempuan muslim lain?
Semoga kita senantiasa dalam perlindungan Allah Swt. Jangan berhenti melakukan kebaikan meski itu hanya hal kecil. Jangan mudah menghakimi tentang apa yang tidak pernah kamu tau sebenarnya.

Komentar