Bagian 1

Entah mengapa menulis tentangmu sangat melegakan. Padahal aku tahu kamu takkan pernah membaca tulisanku sampai kapanpun. Tapi jika tangan Tuhan sudah menggerakkan hati, mana bisa engkau menolaknya?. Aku sendiri tak tau sampai akapan harus bersembunyi lewat sajak yang tak pernah sampai dirimu ini. Entah seberapa lama aku memendam semua, melewati setiap waktu dengan selalu ada kamu dalam ide-ide menulisku. 
Aku bingung. Kisah kita tanpa sepatah kata. Tanpa bertegur sapa, yang kemudian terjeda begitu lama. Tanpa saling bertukar kabar. Ini apa sebenarnya?  Setiap kali aku merangkai kata menjadi prosa, tiba-tiba banyangan waktu kita pertama kali betemu itu muncul. Sebuah pertemuan singkat tapi mengesankan namun ada sedikit sesal didalamnya. 
Ingin sekali ku kirim pesan untukmu. Menanyakan bagaimana kabarmu, apa saja ceritamu hari ini? Bagaimana kabar bapak ibu di rumah? Tapi seketika niat itu aku urungkan. Mengingat siapa diriku, dan apa hakku menanyakan hal itu padamu. Aku lebih sering menanyakan semua tentangmu kepada teman baikmu sekaligus sahabat karibku. Kupikir dia adalah orang penting yang jadi perantara aku dan kamu. Aku selalu antusias mendengarkannya bercerita tentang kehidupanmu. Dan aku selalu ingin tahu setiap sendi kehidupanmu. 
Semakin aku tahu tentang kehidupanmu, semakin aku penasaran pada kamu yang begitu misterius. Ingin sekali aku duduk disampingmu, mendengarkan semua cerita bahkan keluh kesahmu seperti saat kamu cerita sama dia. Kadang aku iri saat dia lebih bisa dekat denganmu. Tapi, jika bukan karena oaku mungkin tidak pernah bertemu denganmu.
Jeda kita sudah begitu lama. Aku rindu. Sangat rindu.  Oh ya. Desember tahun lalu mengirim email 2x. Tapi pasti kamu tidak membacanya. Yasudah tidak apa-apa. Semoga kabarmu baik dan hari-hari mu menyenangkan penuh kebahagiaan. 
Dari aku yang bukan siapa-siapa(

Komentar